Judith Desiana Lorenzo Taolin,  TTU, kali ini maju mejadi Caleg DPRD TTU dari PDI Perjuangan Dapil 3.

KEFAMENANU (PB.COM)Pemilihan Legislatif (Pileg) yang tinggal menghitung hari menghadirkan sejumlah sosok calon pemimpin, unik, hebat dan inspiratif dari berbagai latar belakang profesi. Mereka maju mencalokan diri sebagai Calon Legislatif (Caleg). Termasuk di Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).

Salah satunya, Judith Desiana Lorenzo Taolin, jurnalis perempuan yang terkenal berani menulis dan mengungkap berbagai kasus di TTU. Kali ini, ia maju sebagai Caleg DPRD Kabupaten TTU dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Nomor Urut 4 Dapil 3 meliputi Kecamatan Insana, Insana Utara, Insana Tengah, Insana Barat, dan Insana Fafinesu.

Saat bincang-bincang dengan dengan media ini pada Sabtu, 10 Februari 2024, perempuan yang akrab disapa Jude ini mengaku sangat sibuk sebulan terakhir ini. Maklum. Ia keluar masuk desa di lima kecamatan wilayah Insana, Kabupaten TTU itu untuk bertemu masyarakat.

“Ini baru saja pulang dari desa. Hampir setiap hari saya turun untuk bertemu masyarakat dan mendengarkan masalah, kebutuhan dan aspirasi mereka. Tidak beda jauh dengan kerja saya sebagai jurnalis, yang juga biasa keluar masuk desa untuk menulis berita,” kata Jude melalui telepon selulernya.

Di Dapil 3 yang meliputi lima kecamatan itu, Jude bertarung dengan sekitar 108 Caleg lain untuk merebut 7 kursi DPRD TTU. Dengan jumlah Daftar Pemilih Tetap (DPT) sebanyak 43 ribu lebih suara, pertarungan memperebutkan kursi yang hanya sedikit ini, tentu membutuhkan energi, modal, sumber daya, dan strategi untuk memenangkan hati pemilih.

Tetapi tidak bagi Jude. Sebagai putri asli Insana, ia punya cara tersendiri. Ia lebih menggunakan pendekatan budaya dan kekeluargaan yang menyentuh hati nurani masyarakat saat ia hadir bertemu, mendengarkan mereka, sekaligus sosialisasi diri dan niat tulusnya unuk maju.

Jude saat bertemu masyarat di daerah pemilihannya.

“Saat ini, fenomena yang lazim ialah caleg selalu bagi-bagi uang, menempel pada program-program pemerintah dengan membawa kepentingan politiknya. Saya tidak. Saya tidak melakukan pendekatan dengan menggunakan uang, apalagi memanfaatkan program-program pemerintah untuk kepentingan politik saya,” tegasnya.

Menurut Jude, seorang Caleg tidak mempunyai program pembangunan. Yang punya program adalah pemerintah. Harusnya para Caleg tidak membodohi masyarakat, tetapi membantu memberi pemahaman politik kepada masyarakat. Harus bersuara jika hak masyarakat sebagai penerima manfaat diabaikan karena kepentingan politik seseorang masuk.

“Kasihan masyarakat, sudah sering diperbodohi dengan janji-janji tidak jelas dan ditakut-takuti dengan program pemerintah. Banyak keluhan yang saya temui di lapangan, bantuan untuk penerima manfaat diancam tidak akan diberikan jika tidak memilih Caleg A, B, C dan seterusnya. Ini sangat miris,” tuturnya.

Jude mengaku pernah maju menjadi Caleg DPRD Provinsi NTT melalui partai lain di tahun 2019, namun gagal. Belajar dari pengalaman itu, Pileg tahun 2024 ini, Jude memutuskan maju menjadi Caleg DPRD Kabupaten TTU melalui PDI Perjuangan.

“Tujuan maju caleg ya untuk bisa menang. Dan jika Tuhan berkenan saya duduk sebagai wakil rakyat di gedung DPRD Kabupaten TTU, maka saya akan berusaha berjuang untuk memperhatikan apa yang menjadi kebutuhan masyarakat TTU, khususnya di Dapil Insana secara keseluruhan,” bilangnya.

Bagi Jude, pilihannya berlabuh ke PDIP karena ia menilai, partai berlambang kepala banteng moncong putih itu dari dulu sampai sekarang tetap konsistem menyuarakan dan memperjuangkan kepentingan masyarakat kecil. Dari sisi manajemen pun, PDIP sangat tertata rapi.

“Alasan lain kenapa saya maju caleg dari PDIP, di sana ada calon presiden dan wakil presiden RI Ganjar Pranowo-Mahfud MD, dua pemimpin yang saya kagumi. Jadi selama ini, selain mengkampanyekan diri sebagai caleg, saya juga selalu berkeliling  mengkampanyekan capres dan cawapres di dapil III Insana,” tutur perempuan pencinta music country ini.

Caleg Jurnalis Yang Berani

Jude sebenarnya bukan Caleg biasa. Hingga di jelang pencoblosan Pileg tahun ini, ia masih aktif sebagai jurnalis. Ia juga aktif menggali informasi terkait masalah-masalah yang terjadi di tengah masyarakat.

“Jadi, tugas seorang caleg itu bukan hanya meminta dukungan dari masyarakat. Tapi seorang Caleg itu, harus bisa turun ke masyarakat, mencari tahu apa masalah yang tengah terjadi menimpa masyarakat terutama di dapilnya,” tuturnya.

“Kemudian Caleg juga harus bisa berdialog dengan masyarakat terkait masalah itu. Nah, saat itulah masyarakat mulai  menilai, apakah kita layak dijadikan figur calon pemimpin pilihan mereka. Kalau Caleg-nya pasif, hanya diam dan hanya mengandalkan uang, bagaimana bisa dinilai masyarakat,” ungkap Jude.

Sejak tahun 2004, Jude mulai belajar menulis secara autodidak. Karir jurnalistiknya dimulai dari Tabloid Mingguan NTT Pos. Kemudian, ia terjun ke televisi nasional swasta sebagai Kontributor dan Reporter TVOne, sambil menulis di beberapa media online di NTT.

Di kalangan wartawan NTT, Jude dikenal sebagi jurnalis perempuan yang sangat berani. Sejumlah kasus di Kabupaten TTU yang melibatkan pihak yang punya kuasa, diberitakannya tanpa takut. Teror dan ancaman sebagai resiko dari pemberitaannya kerap didapatkan Jude. Ia tetap tidak gentar dan terus menulis.

Di akhir Januari 2024, namanya diseret dalam narasi fitnah terkait keberaniannya menulis kasus dugaan korupsi Kapolres TTU. Sebelumnya, di tahun 2008, ia bersama teman-teman jurnalis juga membongkar kasus pembunuhan di dalam Polsek Miomafo Timur tahun 2008. Saat itu Jude sebagai jurnalis di Tabloid NTT Pos. Kemudian, pada tahun 2020, ia berani menulis kasus seorang tahanan Polres TTU yang ditemukan meninggal di pinggir jalan umum samping Polres TTU.

“Sebagai jurnalis yang bermitra luas, saya juga selalu bekerja sama dengan aparat penegak hukum dalam hal ini Kejaksaan Negeri TTU di bawah pimpinan Dr. Roberth Jimmy Lambila, S.H,M.H untuk memberantas sejumlah kasus Korupsi dan tindak pidana umum yang menimpa kaum perempuan,” tutur wanita kelahiran Insana ini.

Menurut Jude, sebagai jurnalis, modal utamanya maju menjadi Caleg DPRD TTU tahun 2024 ini adalah jaringan kemitraannya dengan berbagai pihak. Selain itu juga komitmen dan keberpihakannya yang kuat mengatasi persoalan yang dihadapi masyarakat TTU, khususnya di wilayah Insana seperti Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) yang mengorbankan banyak tenaga kerja wanita, masalah pendidikan dan kesehatan yang masih sangat miris.

“Saya Caleg yang murni mau bekerja untuk masyarakat tanpa bermain uang. Saya hanya memanfaatkan modal utama yakni jaringan saya untuk bekerja sama, bangun komunikasi dengan mitra saya dan melihat apa yang menjadi kebutuhan masyarakat di dapil saya, secara keseluruhan,” urainya.

Jude mencontohkan, sebagai jurnalis, ia bermitra dengan pemerintah daerah atau Aparat Penegak Hukum (APH) baik kepolisian maupun kejaksaan. Lewat kemitraan yang terjalin, ia bisa membuka akses berkomunikasi saat menghadapai kasus yang menimpa masyarakat kecil dan tak berdaya. Jaringan yang dimiliki niscaya membuat Jude yakin, ia bisa membantu masyarakat di daerah pemilihannya.

“Sebelum jadi caleg, saya juga sering turun blusukan ke desa dan menggali informasi di desa-desa tentang masalah yang dialami masyarakat. Makanya ketika beberapa bulan saya turun sebagai Caleg, saya anggap itu hal biasa. Saya terjun ke lapangan bertemu masyarakat untuk menggali informasi tentang masalah-masalah yang menimpa masyarakat di dapil 3, mengajak berdiskusi, mencari solusi atas masalah yang dihadapi,” kata lulusan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen Kupang.

Tinggal menghitung hari, Pileg akan digelar. Jude menyerahkan sepenuhnya pilihan itu kepada masyarakat di Dapil 3 TTU. Sebab baginya, selama berada di tengah masyarakat, ia pun telah memperkenalkan diri, diberi kesempatan untuk dinilai, apakah ia layak dipilih sebagai figur pemimpin yang bisa berbicara dan memperjuangkan nasib dan aspirasi mereka atau tidak.

Jude hanya punya niat yang tulus karena merasa terpanggil sebagai perempuan Insana yang siap dan berani memperjuangkan nasib masyarakat di sana. Karena itu, dengan rendah hati, tentu saja ia meminta doa dan dukungan serta mengajak masyarakat di Dapil 3 untuk memilihnya di tanggal 14 Februari 2024 nanti.

“Ingat jangan salah pilih. Untuk DPRD Kabupaten/Kota, ambil Surat Suara warna hijau, lihat lambang partai Kepala Banteng (Bijae Nakaf), cari nama Caleg DPRD Kabupaten TTU Judith Desiana Lorenzo Taolin, coblos di nomor urut 4,” tutup putri Raja Insana, Theodorus Lorenzo Taolin ini. (Gusty Masan Raya)

Facebook Comments Box