Elpius Hugi, S.Pd,MA

 

JAYAPURA (PB.COM)Tokoh muda sekaligus birokrat asal Provinsi Papua Pegunungan, Elpius Hugi, S.Pd,MA menyayangkan kondisi dinamika politik di Kota Wamena yang tidak aman hingga memakan korban nyawa, pasca pesta demokrasi Pemilihan Presiden dan Pemilihan Legislatif 14 Februari 2024 lalu.

Dua pekan terakhir ini, Kota Wamena tidak aman akibat serangkaian kejadian. Mulai dari aksi saling serang dua kelompok massa dari Distrik Asotipo saat rapat pleno rekapitulasi penghitungan suara di Kantor DPRD Jayawijaya pada 1 Maret 2024, dilanjutkan aski penyerangan di tempat yang sama oleh massa pendukung salah satu Caleg saat rapat pleno 11 Maret 2024.

Pada 12 Maret 2024, salah seorang Caleg asal Tolikara juga dianiaya di Wamena. Terbaru, pada Rabu 13 Maret 2024, terjadi kasus pembunuhan di dalam ruang perawatan RSUD Wamena, yang diduga sebagai balasan atas kejadian pembunuhan di Wouma, sehari sebelumnya.

“Sebagai anak daerah Papua Pegunungan, saya cukup sedih dan prihatin melihat kondisi ini. Hanya karena politik dan rebut satu kursi, terjadi perang, saling serang antarpendukung caleg dan antarsuku, bahkan saling bunuh. Nyawa manusia itu lebih berharga dari satu kursi DPR. Mari kita tinggalkan ego dan percayakan penyelenggara Pemilu bekerja. Kalau ada ketidakpuasan, kedepankan langkah hukum sesuai perintah konstitusi,” ujar Elpius saat menghubungi redaksi papuabangkit.com melalui pesan whatsapp, Kamis, 14 Maret 2023.

Menurut Elpius, Wamena sebagai ibukota Provinsi Papua Pegunungan adalah rumah bersama seluruh warga di 8 kabupaten yang harus dijaga agar tetap menjadi tempat yang nyaman untuk dihuni. Wamena juga adalah barometer politik bagi 7 kabupaten lainnya di wilayah itu, yang harus menjadi contoh dalam kedewasaan berpolitik dan berdemokrasi.

Namun faktanya, kata Elpius, kondisi Wamena menjadi tidak aman ini sudah bercampur aduk dengan politik dan masalah sosial lainnya. Persoalan peredaran minuman keras yang bebas, keributan antarsuku, dan kebiasaan membawa alat-alat perang dalam kota baik oleh warga Orang Asli Papua (OAP) maupun non OAP, kini sangat meresahkan warga.

“Oleh karena itu, saya mohon dengan hormat kepada semua jajaran Forkopimda Papua Pegunungan dan Forkopimda Jayawijaya, aparat keamanan, penyelengggara Pemilu dan terutama partai politik dan caleg-caleg untuk bisa bekerja profesional dan menjadi mediator untuk menjaga keamanan selama proses penetapan rapat pleno penghitungan suara sepekan ke depan,” ujar Elpius.

Elpius yang saat ini menjabat Kepala Biro Umum dan Administrasi Pimpinan Setda Provinsi Papua ini menyampaikan lima poin penting yang ditujukan kepada Penjabat Gubernur Papua Pegunungan, Penjabat Bupati Jayawijaya, Kapolda Papua, Pangdam XVII/Cenderawasih, Kapolres Jayawijya, Dandim 1702/Jayawijaya, KPU Provinsi Papua Pegunungan, dan Bawaslu Provinsi Papua Pegunungan.

Pertama, sebagai anak daerah, kami sangat prihatin atas peristiwa meninggalnya beberapa orang   jelang penghitungan/ rekapitulasi suara untuk menetapkan kursi DPRD Kabupaten/DPR Provinsi, DPD RI dan DPR RI, serta Pemilihan Presiden pada Pemilu 2024. Hal ini menunjukkan belum adanya kedewasaan berpolitik.

Kedua, perlu mendapat perhatian serius dari semua pihak agar kejadian tersebut tidak terulang kembali. Oleh karena itu, harus ada koordinasi para pihak yang terlibat langsung seperti   penyelenggara Pemilu (KPU dan Bawaslu) agar mengambil langkah strategis untuk minimalisir masalah di lapangan.

“Apalagi sampai dapat serang di rumah sakit ini baru pertama terjadi. Pada hal rumah sakit itu tempat umum untuk pasien dan mendapat perlakuan khusus oleh para medis. Pihak keamanan perlu diperketat pengaman khusus di areal RSUD Wamena,” tegasnya.

Ketiga, perlu diperkuat pasukan pengamanan di tempat- tempat rawan terjadinya keributan,  konflik atau pertikaian, terutama di tempat perhitungan suara atau tempat pelaksanaan pleno KPU, rumah sakit, sekolah, perkantoran, dn rumah para Caleg itu sendiri.

“Lakukan swiping alat-alat perang ke semua warga, juga swiping peredaran miras yang biasa jadi pemicu keributan. Tindak tegas yang melanggar agar ada efek jera,” bilang Elpius.

Keempat, bila aturan memungkinkan, perlu diambil solusi dengan memindahkan tempat pelaksanaan rapat pleno penghitungan suara yang aman di luar Kota Wamena agar menghindari konflik atau korban berjatuhan lagi ke depannya.

“Yang kelima, diharapkan masing-masing Caleg agar perlu untuk menahan diri, mengendalikan dan mengamankan massa pendukungnya. Sebab ketika Anda terpilih, Anda adalah wakil rakyat untuk semua orang, bukan untuk kelompok-kelompok, suku dan daerah,” tegas Elpius. (Gusty Masan Raya)

Facebook Comments Box