Bupati Spei Bidana bersama Staf Khusus Prof. Ir. Yohanes Sardjono saat mendampi General Manager PT Telkom Witel Papua, Antonius Joko Sritomo meninjau pembangunan Universitas Okmin Papua di Kampung Esipding, Distrik Serambakon, Jumat, 8 Maret 2024 lalu.

JAYAPURA (PB.COM)Bupati Pegunungan Bintang Spei Yan Bidana, ST,M.Si mengaku kecewa terhadap kinerja dua perusahaan pemenang tender yakni PT Relis Satindo Utama kso dengan PT Silimo Indah Perkasa yang sedang menangani pekerjaan pembangunan  gedung Universitas Okmin Papua (UOP).

Spei menilai, 12 fasilitas kampus UOP yang sedang dibangun di lahan seluas enam hektar di Esipding Distrik Serambakon itu, belum mengalami banyak kemajuan sebulan terakhir.

“Beberapa kali saya turun, belum banyak kemajuan terutama untuk gedung rektorat, fakultas dan jurusan, masih di land clearing atau pembersihan lahan. Ini sudah minggu ke-15 kalender kerja, harusnya sudah mulai naik dindingnya. Masa ditimbun saja belum,” kata Bupati Spei Bidana kepada papuabangkit.com, Senin, 18 Maret 2024

Bupati Pegubin Spei Yan Bidana saat meninjau lokasi pembangunan kampus Universitas Okmin Papua di Distrik Serambakon, Rabu, 21 Februari 2024.

Oleh karena itu, Spei Bidana meminta Balai Prasarana Permukiman Wilayah Papua Direktorat Jenderal Cipta Karya di Jayapura selaku pelaksana harus melakukan pengawasan serius kepada kedua perusahaan yang menerima pekerjaan ini. Sebab mahasiswa sangat membutuhkan fasilitas ini segera sehingga harus selesai dibangun sesuai waktu yang ditetapkan yakni September 2024.

“Saya sudah dapat informasi dari lapangan bahwa dropping material lokal maupun dari Jayapura ini tidak lancar, sehingga tukang nganggur karena menunggu bahan. Ini tidak boleh lagi, saya sudah telp tegur mereka,” tegasnya.

Menurut Bupati Spei, perjuangan untuk mendapatkan bantuan senilai Rp 60-an miliar dari Kementerian PUPR untuk membangun Universitas Okmin Papua bukanlah hal yang mudah. Bahkan, pihak Kementerian PUPR pernah menganggarkan di tahun sebelumnya tetapi ditolak Kementerian Keuangan. Alasannya, UOP bukanlah kampus negeri.

Namun, Spei dan tim tidak patah semangat. Berbagai upaya dilakukan, termasuk menyurat ke Setwapres. Mereka meyakinkan kepada Pemerintah Pusat bahwa letak UOP sangat strategis karena berada di perbatasan RI-PNG dan kondisi Pegunungan Bintang yang sangat terisolir dan terpencil, butuh ada kampus baru untuk memaju kemajuan ekonomi di sana.

“Maka jadilah dana ini keluar tahun 2023 ini. Jadi sesuai perencanaan, berdiri 3 ruangan kelas, 1 gedung rektorat, 1 ruang fakultas, 1 ruang jurusan/prodi, 1 perpustakaan, 4 rumah dosen, 1 power house, dan 1 rumah pompa tangki untuk penampungan air. Sekali lagi saya minta, tolong pihak Balai Prasarana Permukiman Wilayah Papua harus awasi dan tegur kontraktor perusahaan. Pokoknya 9 gedung ini harus sudah rampung September 2024,” tegas mantan Kepala Bappeda Pegubin ini.

Kondisi 4 unit rumah dosen yang sedang dibangun.

Fakta di Lapangan

Sementara itu, konsultan pengawas pekerjaan pembangunan Universitas Okmin Papua Uyun Arung Allo, ST dikonfirmasi papuabangkit.com Senin siang mengatakan, pekerjaan ini ditangani  PT Relis Satindo Utama kso dengan PT Silimo Indah Perkasa. Total anggaran pekerjaan mencapai Rp 60,4 Miliar dengan masa kerja 365 hari, terhitung sejak tanggal kontrak per 11 Desember 2023.

“Memang dari bobotnya, kelihatannya grafik progress pekerjaan ini terbilang lambat. Mereka mulai kerja pemasangan pagar keliling di Januari 2024 mingggu kedua. Kalau kita berpatokan dari jadwal, ini sudah masuk ke minggu ke-15. Harusnya rumah dosen, perpustakan, dan ruang kelas sudah mulai diatap. Mudah-mudahan pekan ini bisa tutup atap. Memang faktor curah hujan yang tinggi akhir-akhir ini di di Pegunungan Bintang juga berpengaruh,” kata Arung.

Arung menjelaskan, pekerjaan yang belum ada kemajuan sama sekali yakni pembangunan gedung rektorat, fakultas, dan ruang jurusan atau prodi. Ia melihat, masih ada kendala pematangan lahan, terutama lahan yang masih berlumpur dan harus ditimbun.

Kondisi 4 unit rumah dosen yang sedang dibangun.

“Jadi gedung rektorat itu harus ditimbun dulu, semoga minggu ini sudah ada timbunan masuk. Kemudian ruang jurusan dan fakultas belum sama sekali. Saya sempat tanyakan ke mereka, alasannya alat mereka dua excavator, satunya rusak,” urainya.

Sementara itu, lanjut Arung, ada kemajuan bahwa empat unit rumah dosen dan perpustakaan, pekan ini akan diatap. Dua ruangan kelas, saat ini baru dibangun pondasi. Semua bangunan ini menggunakan konstruksi semi permanen dengan lantai keramik, dinding dan kuda-kuda dari kayu, dan atap spandek bahan galvanis.

“Harapan saya kepada kontraktor, stok dulu material dari Jayapura dalam jumlah besar dan menyelesaikan pekerjaan pembersihan lahan dan mulai timbun. Paling urgen, bulan ini harus stok metareril dari Jayapura. Kalau tunda sampai April, kemungkinan banyak pekerjaan proyek APBD mulai jalan dan itu semua menumpuk dan antri. Soalnya hanya 1 pesawat kargo Trigana dari Jayapura ke Oksibil,” tutupnya. (Gusty Masan Raya)

Facebook Comments Box