Ketua TP PKK Pegunungan Bintang Ny. Susana Maria Apaseray, S.IP saat mendampingi sang suami, Bupati Spei Bidana pada HUT 17 Agustus 2023.

JAYAPURA (PB.COM)Tanggal 21 April diperingati bangsa kita sebagai Hari Kartini guna mengenang jasa Radeng Ajeng Kartini dalam memperjuangkan hak kaum perempuan di Indonesia. Termasuk, perjuangan untuk mendapatkan pendidikan bagi kaum perempuan agar setara dengan laki-laki.

Pada momen perayaan Hari Kartini 21 April 2024 ini, Ketua Tim Penggerak (TP) PKK Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua Pegunungan Ny. Susana Maria Apaseray, S.IP mengajak semua kaum perempuan Papua, khususnya di Bumi Okmin untuk bangkit dan bergerak maju memperjuangkan hak-hak perempuan. Sebab faktanya, masih banyak perempuan yang tertindas di Papua.

Susana Maria Apaseray saat mendampingi suami, Bupati Spei Bidana pada acara pelantikan Penjabat Gubernur Papua Pegunungan di Jakarta, 13 November 2023 lalu.

“Selamat Hari Kartini untuk ibu-ibu kita yang hebat, yang selalu mendampingi suami di rumah, kerja di kantor, dan tetap berjuang untuk putra dan putrinya. Berkat Kartini, kita bisa bisa bangkit melawan penindasan kaum laki-laki. Tetap semangat ibu-ibu penerus bangsa karena dari kalianlah telah lahir banyak putra dan putri hebat,” tulis Suasa Maria Apaseray dalam pesan whastapp yang diterima papuabangkit.com.

“Kadang kami diam, bukan berarti kami kalah. Tetapi kami sedang memikirkan bangsa kami suatu saat akan ke arah yang lebih baik lagi lewat Kartini-Kartini muda kami. Salam satu hati, mati satu tumbuh seribu, habis gelap terbitlah terang buat ibu-ibu hebat kami di luar sana yang sedang berjuang. God Blees You,” lanjutnya.

Menurut Susana Maria, Papua sebagai daerah yang menganut paham patriarkat masih memperlakukan praktik diskriminasi terhadap perempuan dalam sistem tatanan adat, sosial dan politik. Dominasi laki-laki di ruang publik masih sangat tinggi akibat persepsi ini.

Oleh karena itu, kata Susana, satu-satunya cara yang harus dilakukan oleh kaum wanita adalah dengan bersekolah tinggi. Seperti yang dilakukan RA Kartini, hanya lewat membaca dan mengenal ilmu pengetahuanlah, perempuan bisa dihargai dan mendapatkan posisi yang setara dengan laki-laki.

Bersama Bupati Spei Bidana dan anak-anak pada saat pelantikan di Jayapura, 3 Maret 2021.

“Perempuan Papua harus menjadikan semangat Kartini untuk bangkit memperjuangkan hak-haknya, baik itu hak politik, sosial, dan di tengah keluarga. Dan itu harus lewat pendidikan yang tinggi agar kita bisa bersaing di dunia kerja, birokrasi dan politik.,” kata Susana Maria Apaseray.

Mengenal R.A. Kartini

Sekedar diketahui, Radeng Ajeng Kartini atau lebih dikenal sebagai R.A.

Kartini adalah seorang tokoh perempuan Indonesia yang lahir pada 21 April 1879 di Jepara, Jawa Tengah. Dalam perjalanan hidupnya, R.A. Kartini banyak berjasa untuk memajukan kehidupan perempuan Indonesia, khususnya perjuangan untuk membuka akses pendidikan bagi para perempuan agar tidak tertinggal.

Kartini adalah anak perempuan yang lahir dari pasangan Raden Mas (R.M.) Sosroningrat dan Mas Ajeng Ngasirah. Kartini lahir dalam lingkungan keluarga priyayi atau bangsawan, karena itu ia berhak menambahkan gelar Raden Ajeng (R.A.) di depan namanya.

Raden Ajeng Kartini

R.M. Sosroningrat merupakan seorang Bupati Jepara pada 1880. Selain menikah dengan Mas Ajeng Ngasirah, beliau juga menikahi gadis bangsawan yaitu Raden Ajeng Woerjan. Kartini adalah anak ke-5 dari 11 bersaudara kandung dan tiri. Dari kesemua saudara sekandung, Kartini adalah anak perempuan tertua.

Perjuangannya dimulai dari mengubah kebiasaan lama di keluarganya terlebih dulu. R.A. Kartini juga sering menikmati buku-buku bacaan untuk menambah pengetahuan, menulis catatan hingga surat.

Dengan membaca, R.A. Kartini jadi mempelajari dan memahami pemikiran-pemikiran emansipasi yang berkembang di belahan dunia lain. Pengetahuan tersebut menjadi dasar bagi Kartini dalam mewujudkan terciptanya kesetaraan manusia dan kemanusiaan.

Sejak saudari perempuannya R.A. Soelastri menikah dan ikut sang suami, R.A. Kartini menempati kedudukan sebagai putri kedua yang berhak mengatur semua urusan adiknya. Hak R.A. Kartini untuk mengatur adik-adiknya dimanfaatkan dengan baik untuk melakukan perubahan-perubahan.

Tradisi feodal yang memberikan hak istimewa kepadanya tidak digunakan, adik-adiknya tidak lagi harus menyembah dirinya dan tak perlu berbicara dengan bahasa Jawa krama inggil.

Perubahan yang dilakukan oleh R.A. Kartini merupakan bentuk perombakan terhadap tradisi yang sudah mengakar kuat dalam kalangan bangsawan. Perubahan-perubahan yang dilakukan oleh R.A. Kartini perlahan bisa menjadikan aturan-aturan pingitan melonggar.

Berkat kesabaran dan upayanya yang pantang menyerah, kini R.A. Kartini mendapat dukungan dari tiga saudarinya. Ia juga dilibatkan untuk mengikuti tugas sang ayah ke desa-desa di Jepara untuk mengetahui permasalahan-permasalahan yang dihadapi masyarakat. (Gusty Masan Raya/DBS)

Facebook Comments Box