Dr. drg. Aloysius Giyai, M.Kes saat berbicara sebagai pemateri pada kegiatan Penyuluhan Kesehatan PW GKI Siloam Waena, Rabu, 1 Mei 2024.

JAYAPURA (PB.COM)Birokrat Kesehatan Papua Dr. drg. Aloysius Giyai, M.Kes mengingatkan keluarga di Papua harus memperhatikan kesehatan dalam keluarganya masing-masing untuk membudayakan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Sebab itu adalah kunci dasar untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

“Tak ada orang lain yang menolong kita dalam hal kesehatan, kecuali diri kita sendiri. Jadi mari kita budayakan Pola Hidup Bersih dan Sehat dalam keluarga. Dan peran  utama itu biasanya ada pada ibu-ibu sebagai tulang punggung dalam keluarga,” kata Dr. Aloysius Giyai saat berbicara sebagai pemateri pada kegiatan Penyuluhan Kesehatan PW GKI Siloam Waena, Rabu, 1 Mei 2024.

Dr.Aloysius Giyai bersama moderator dr. Adrian Ansanay, M.Kes.

Dalam kegiatan bertema Mace Sehat Itu Mahal Tapi Sa Mau Kas Tau Kam Semua Sakit Itu Lebih Mahal, Aloysius Giyai menegaskan, saat ini pemerintah terus membangun kesehatan bagi masyarakat di Papua dalam berbagai program. Baik itu peningkatan fasilitas kesehatan dan penambahan Sumber Daya Manusia Kesehatan (SDMK), tetapi juga memproteksi kesehatan masyarakat dengan Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) yang diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).

“Tetapi kunci semuanya adalah kesadaran untuk hidup sehat. Selama saya memimpin RSUD Abepura dan RSUD Jayapura, rata-rata pasien yang datang berobat terutama Orang Asli Papua sudah parah kondisinya baru datang berobat. Nah, ini juga salah satu persoalan karena masih terbawa persepsi dalam budaya setiap suku bahwa sakit ini penyebabnya karena suanggilah, diguna-gunalah, jadi diobati dengan dukun dan sebagainya. Harus kita ubah cara pandang itu,” tegasnya.

Dr. Aloysius Giyai menyerahkan buku-bukunya kepada Ketua Jemaat dan Ketua Panitia Penyuluhan PW GKI Siloam.

Menurut Aloysius, salah satu persoalan lain ialah gaya hidup dalam keluarga yang ikut berpengaruh terhadap persoalan kesehatan. Oleh karena itu, ia meminta Ibu-Ibu PWI GKI Siloam dan semua ibu di Papua untuk bijak mengelola keuangan atau pendapatan dalam keluarga.

“Dengan gaji suami yang ada, harus diolah dengan porsi kebutuhan dan jangan lupa sisikan untuk asuransi atau proteksi kesehatan. Jangan sampai biaya makan pinang dan rokok lebih besar dari biaya makan minum yang menunjang nutrisi keluarga. Apalagi miras,” tutur Doktor Ilmu Pemerintahan IPDN Jakarta ini.

Salah satu peserta kegiatan, Katrine Modouw mengapresiasi materi yang disampaikan Doktor Aloysius Giyai. Ia juga mendukung salah satu solusi yang disampaikan dalam materi itu guna mengatasi problematika kesehatan di Papua yakni perlunya rumah sakit khusus seperti rumah sakit jantung, rumah sakit ibu dan anak, dan rumah sakit paru.

“Kami sangat berharap, dengan kapasitas dan kemampuan yang bapak Dokter Aloysius, semoga ke depan ada rumah sakit khusus bisa dibangun di Kota Jayapura,” tuturnya.

Menanggapi hal itu, Doktor Aloysius mengatakan dengan kondisi fiskal di Provinsi Papua pasca lahirnya DOB tiga provinsi baru pada November 2022, rencana itu agak sulit direalisasikan saat ini. Sebab baik Provinsi Papua Tengah, Papua Pegunungan dan Papua Selatan, semuanya belum memiliki rumah sakit regional yang selama ini didorongnya.

Dr. Aloysius saat menerima cinderamata dari Ketua Pantia Penyuluhan PW GKI Siloam Ibu Tamar Sapan usai membawakan materi.

“Dari dulu saya yang selalu dorong itu agar ada rumah sakit khusus, terutama untuk penyakit TBC, Paru dan HIV-AIDS. Tapi situasi DOB baru ini memang membuat kita kesulitan anggaran. Apalagi, jika terwujud sangat butuh dokter-dokter spesialis. Sementara kita masih kurang tenaga kesehatan ini,” tegas mantan Kepala Dinas Kesehatan Papua ini. (Gusty Masan Raya)

Facebook Comments Box