Dua Hamba Tuhan yang menyalakan lilin dan mencicipi garam, sebagai peringatan misionaris yang datang memberitakan injil di lembah Way Valley Nnia 60 tahun lalu, dengan membawa lilin dan garam.

JAYAPURA (PB.COM) – Umat Gereja Injili di Indonesia (GIDI) Klasis Port Numbay dan Klasis Cycloop merayakan hari ulang tahun (HUT) ke-60 Injil masuk di Wilayah Yahukimo, Lembah Way Valley Ninia dengan ibadah syukur di Gereja GIDI Jemaat Eden, Entrop, Minggu (29/5/2022).

Ibadah perayaan HUT Injil Masuk GIDI Wilayah Yahukimo Way Valley Klasis Heluk Ninia, diisi dengan puji-pujian dari ratusan jemaat yang memenuhi halaman Gereja GIDI Jemaat Eden. Jemaat dipenuhi sukacita karena Injil masuk Ninia pada tanggal 21 Mei 1962, saat ini sudah berusia 60 tahun.  Tema “Allah En Napsimu” sesuai Firman Tuhan di dalam Roma 8:28, Allah buat luar biasa.

Jemaat menari memuji Tuhan dalam perayaan HUT Injil Masuk Wilayah Yahukimo di Lembah Way Valley Ninia, 21 Mei 1962.

Gembala Jemaat Eden, Pdt. Reinhard Ohee yang berkotbah pada Minggu sore, dengan bersemangat menyatakan bahwa apa yang Allah buat bagi jemaat GIDI sungguh luar biasa. Dari yang dulunya tidak memiliki apa-apa, Allah buat luar biasa, hingga bisa ada di kota Jayapura ini.

Kepada jemaat, Pdt. Reinhard bertanya, jika Allah sudah buat demikian, maka apa yang sekarang harus jemaat buat? Menurutnya, konteks yang dipilih oleh Roma dalam pasal 8:28 adalah apa yang harus kita buat bagi Tuhan, sebagai balasan atas apa yang Tuhan buat dan kerjakan dalam hidup tiap jemaat, hingga menjadi hamba Tuhan yang luar biasa, menjadi orang yang hebat di provinsi ini.

Pdt. Reinhard Ohee

Roma 8:28, mengatakan, “Kita tahu sekarang bahwa Allah turut bekerja untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Tuhan”. Menurut Reinhard, satu terjemahan yang ia lihat di ayat ini adalah, “Maka yakinlah, di balik segala sesuatu yang kita alami, Allah bekerja mengatur semuanya itu untuk menghasilkan kebaikan bagi kita yang mengasihi-Nya, sebab kita adalah orang-orang yang sudah dipilih sesuai dengan rencana-Nya”.

“Hari ini kita semua ada di sini, di dalam rencana Tuhan. Apa yang bisa kita  buat melalui kebenaran di dalam ayat ini?” tanya Reinhard.  Di dalam ayat 29, mengandung jawaban atas pertanyaan tersebut. “Karena sejak semula Allah mengenal dan mengasihi kita, Dia pun sudah menetapkan agar kita menjadi serupa dengan anak-Nya. Dan Yesus menjadi anak sulung di antara banyak saudara dan saudarinya.”

Suasana perayaan HUT Injil masuk Lembah Way Valley Ninia

Poin penting dalam ayat 29 itu, yang pertama, kehidupan kita adalah menjadi serupa dengan Yesus. Menurut Reinhard, kebenaran injil itu membuat manusia di seluruh dunia, ada di dalam rencana Tuhan.

“Hari ini kita bisa bersama karena Tuhan,” katanya. Dari yang dulunya hidup dalam kegelapan, injil merubah semua itu. Dari yang dulunya, daging manusia selalu disantap, sekarang sudah tidak lagi karena Injil merubah semua itu. Karena sejak semula, Allah mengenal dan mengasihi manusia. Dia pun sudah menetapkan agar manusia menjadi serupa dengan Allah dan supaya Yesus menjadi anak sulung di antara banyak saudara-saudara.

Persembahan pujian dari jemaat GIDI

“Karena itu, sekarang kita harus berusaha menjadi serupa dengan Yesus. Apa yang Yesus katakan, apa yang Yesus mau, itu yang harus dibuat,” ajak Reinhard. Lagi menurutnya, Yesus punya kebaikan, punya kasih dan itu yang harus dilakukan karena Allah turut bekerja mendatangkan kebaikan bagi semua orang yang mengasihi Dia, yaitu yang percaya kepada-Nya.

Lanjut di ayat 30, “Sejak awal kita sudah masuk dalam rencana Allah lalu kita dipanggil menjadi anggota keluarga-Nya. Melalui pengorbanan Kristus, kita dibenarkan dalam pandangan Allah dan akhirnya kita akan menikmati kemuliaan-Nya.”

Hal kedua yang ia lihat dari kebenaran ini, kembali muncul pertanyaan yang sama: apa yang harus dibuat? Jawabannya adalah, hiduplah untuk memuliakan Tuhan. Berusaha untuk serupa dengan Tuhan.

Dalam kurun waktu 60 tahun sejak injil masuk di Lembah Way Valley, Reinhard menilai,  kasih Tuhan tidak berkurang. Dari yang dulunya terbelakang, kini menjadi sama dengan semua manusia di dunia ini.

Sementara itu, Kader GIDI, Yarius Balingga, saat memberikan sambutannya mengatakan, jauh sebelum injil masuk di lembah Ninia pada tahun 1962, misionaris telah berdoa terlebih dahulu. Bahkan orang-orangtua yang masih hidup dalam kegelapan, hanya hidup apa adanya.

Saat misionaris datang ke wilayah pedalaman, mereka melihat fakta bahwa ada manusia makan manusia di satu pegunungan besar. Dalam waktu 10 sampai 15 tahun mereka berdoa dan pergi. Dalam perjalanan waktu, para misionaris ini masuk di wilayah Toli, lanjut melewati gunung hingga masuk ke sebuah kampung kecil di tengah hutan. “Di sana ada satu suku yang bermukin yaitu suku Yali,” ucap Yarius.

Yarius Balingga, SE

Dan mereka melihat bahwa apa yang mereka pikirkan tentang manusia makan manusia, mungkin ada di wilayah itu. Mereka masuk lembah Way Valley membawa injil, pada saat orang tua-tua saat itu hanya berpikir tentang berkebun. “Misionaris datang membawa lilin dan garam,” katanya.

Dan 60 tahun berlalu, ia bersyukur karena lilin yang diberikan itu, hari ini masih menyala. Garam itu juga masih ada dan menjadi berkat bagi banyak orang.  Di usia 60 tahun ini, Tuhan berikan berkat berlipat ganda.

Ia juga mengucap syukur karena walaupun tertunda, dimana semestinya perayaan HUT ini pada tanggal 21 Mei lalu, namun tidak mengurangi sukacita jemaat yang hadir. Pada kesempatan itu, Yarius mengajak generasi muda, jangan gengsi memuji Tuhan. Jangan setengah-setengah memberi untuk Tuhan. “Tuhan akan membalas lebih lagi. Kita harus mengucap syukur apa yang Tuhan kasih,” harapnya.

Ketua Ketua Klasis GIDI Cycloop, Pdt. Nelius Suhuniap yang hadir dalam perayaan HUT juga memberikan sambutan dalam bahasa Yali agar lebih muda dimengerti jemaat yang memang didominasi suku Yali. (Frida Adriana)

Facebook Comments Box