Dialog interaktif “1 Jam Bersama Bintang Eden” digelar di halaman Gereja GIDI Eden, Selasa (20/12/2022) menghadirkan tiga narasumber, yakni Sekjen GIDI Pdt. Gandius Enumbi, Dip.Th, Sekretaris Klasis GIDI Port Numbay Pdt. Julius Weya, S.Th dan Gembala Jemaat GIDI Eden Pdt. Reinhard Ohee, M.Th, dipandu host Atenus Wenda.

JAYAPURA (PB.COM) – Berbeda dengan Natal-natal sebelumnya yang digelar dalam bentuk ibadah dan mendengar Firman Tuhan tentang kelahiran Yesus, Kaum Bintang Jemaat GIDI Eden, mengemas Natal tahun ini dengan dialog interatif yang melibatkan jemaat maupun tamu undangan dari berbagai denominasi di Tanah Papua.

Dialog interaktif “1 Jam Bersama Bintang Eden” ini digelar di halaman Gereja GIDI Eden Entrop, Selasa (20/12/2022) yang menghadirkan tiga narasumber, yakni Sekjen GIDI Pdt. Gandius Enumbi, Dip.Th, Sekretaris Klasis GIDI Port Numbay Pdt. Julius Weya, S.Th dan Gembala Jemaat GIDI Eden Pdt. Reinhard Ohee, M.Th.

Nuansa Natal yang berbeda ini, mendapat respon positif dan apresiasi dari tamu undangan, terutama dari hamba-hamba Tuhan, pemuda maupun kaum ibu dari denominasi lain. Mereka bahkan berharap dialog-dialog interaktif seperti ini bisa menjadi contoh untuk gereja lain melakukan hal yang sama. Kemasan Natal yang unik dan baru ini, memberikan penyegaran dan menambah pengetahuan seputar kelahiran Yesus dan respon gembala-gembala di padang, orang-orang Majus dari Timur yang datang menyembah Yesus dan membawa persembahan terbaik untuk Yesus.

Kaum Bintang Jemaat GIDI Eden.

Atenus Wenda sebagai host dialog interaktif yang juga disiarkan live streaming di televisi lokal, apik memandu dialog yang menghidupkan suasana dan cukup terarah sesuai tema, “Natal Membawa Kabar Baik”.

Terkait kabar baik, dengan iman Orang Majus dari Timur percaya bahwa kabar baik tentang Yesus sudah tiba waktunya. Yang mereka lakukan ketika tiba di Betlehem adalah menyembah Tuhan dan mempersembahkan harta mereka untuk raja yang mereka nanti-nantikan sesuai nubuatan ratusan tahun lamanya.

Sekjen GIDI, Pdt. Gandius Enumbi pada kesempatan itu menjelaskan alasan mengapa tema “Natal Membawa Kabar Baik,” dipakai di Natal 2022 dalam GIDI. Katanya, setiap tema yang dikeluarkan oleh BPP-GIDI telah melalui rapat badan pekerja lengkap. “Natal itu cerita tentang kelahiran Yesus dan di dalamnya ada kabar baik tentang seorang juruselamat yang telah lahir di Betlehem,” katanya. Kabar baik itu harus disampaikan.

Kabar baik itu pertama kali datang kepada orang Yahudi karena orang Yahudi menunggu kabar baik itu bertahun-tahun lamanya. Dari sejak tahun 720 SM, Nabi Yesaya menubuatkan hal ini. Yang kedua, kabar ini sampai kepada bangsa-bangsa lain, yaitu orang Majus dari Timur sehingga mereka datang dan menyembah dengan persembahan-persembahan yang termahal yang mereka miliki.

Tetapi bagi Raja Herodes, kelahiran Yesus adalah kabar buruk karena Herodes adalah raja, tetapi ada raja yang lain yang baru lahir, penggenapan dari nubuatan sejak bertahun-tahun lalu.

Bagaimana Klasis Port Numbay merespon tema ini, sementara klasis pun ada tema berdasarkan kondisi wilayah pelayanan? Apakah tema Natal dari pusat ini menjawab sesuai kebutuhan klasis? Menjawab pertanyaan dari host, Sekretaris Klasis GIDI Port Numbay Pdt. Julius Weya, mengatakan, GIDI punya aturan yang berpatokan kepada system presbiterian dan kongregasional sehingga apapun keputusan BPP, klasis tetap respon. “Buktinya adalah bisa adakan ibadah sesuai tema, contohnya Jemaat Eden,” ucapnya.

Menurut Pdt. Julius, GIDI memiliki 8 wilayah dan klasis yang cukup banyak sehingga hamba Tuhan dituntut ketaatan. BPP-GIDI dipilih dalam konferensi yang luar biasa dan didoakan oleh ribuan hamba Tuhan sehingga apapun yang mereka putuskan di dalam rapat, itu menjadi keputusan bersama. “Natal membawa kabar baik, Yesus itu sendiri adalah kabar baik.

Ia mengajak umat sama-sama mendukung apa yang diputuskan BPP-GIDI. Tema ini menurutnya sesuai dengan kondisi Papua saat ini di mana banyak orang tidak dalam damai sehingga BPP mengingatkan bahwa ada damai yang sejati yaitu di dalam Yesus Kristus.  “Secara tematis turun kepada wilayah dan klasis dan turunannya adalah kepada jemaat-jemaat. Inilah bukti ketaatan kita. GIDI berbicara tentang jiwa,” tambahnya.

Gembala Jemaat GIDI Eden Pdt. Reinhard Ohee, menambahkan, Natal memang membawa kabar baik karena itu semua orang harus respon karena tidak ada kabar yang lebih baik selain Yesus sendiri. “Karena kabar baik, jemaat harus beritakan,” katanya.

Pada sesi dialog, salah satu hamba Tuhan dari GPdI, Pdt. Habel mengatakan, melewati dua tahun masa yang sangat sukar karena Covid-19, tema ini sesuai kondisi saat ini. “Juruselamat itu adalah kabar baik. Dunia sedang mengalami situasi yang orang pada hidup dalam ketakutan. Tapi tema ini luar biasa karena menjawab seluruh kebutuhan umat Tuhan. Pergumulan apa saja, Yesus tetap juruselamat,” ungkapnya.

Sementara itu, Ev. Yunias Gurik, Gembala Sidang Jemaat GIDI Efata, mengatakan, jemaat tetap mendukung apapun keputusan yang turun dari pimpinan tertinggi “Kami turut. Ini tema yang wajib digunakan di Natal apapun,” kata dia.

Perwakilan dari kaum ibu, Marce Uyo juga memberikan pendapatnya. Menurut Mare, Natal dialogis ini sangat unik dan beda dari yang lain. Namun ia bertanya, mengapa GIDI tidak ikut tema nasional dari PGI, “Maka Pulanglah Mereka Ke Negerinya Melalui  Jalan Lain,” tetapi memilih tema sendiri.

Eviage M. Karoba, juga mengungkapkan kekagumannya atas acara Natal dialogis ini. sebagai kaum ibu dari Jemaat Eden, ia mengatakan, kaum bintang luar biasa. “Tidak pernah kami pikirkan dan lihat acara seperti ini. Ini sukacita tersendiri dan kami menikmati berkat,” tambahnya.

Menjawab pertanyaan terkait mengapa tidak ikut tema nasional dari PGI (Persatuan Gereja-Gereja Indonesia), Pdt. Gandius mengatakan, GIDI aktif di PGGI dan sudah sejak GIDI berdiri, tema Natal ditentukan  sendiri.

Persembahan dan Penyembahan

Bagaimana respon dari Maria dan Yusuf ketika tiga orang Majus dari Timur datang ke Yerusalem dan bertanya di manakah raja orang Yahudi yang baru lahir? Pdt. Reinhard mengatakan, pada waktu orang Majus melihat bintang di timur, mereka yang adalah orang bijak merespon itu dengan iman dan mengikuti arah bintang, mencari kebenaran itu. Kaitan dengan penyembahan dan persembahan, komitmen mereka adalah membawa hidup mereka kepada sumber yang tepat. Pribadi yang tepat. Orang-orang Majus ini melangkah dengan sebuah keyakinan sungguh bahwa mereka sedang mencari pribadi yang tepat untuk menyembah, dan memberikan persembahan terbaik.

“Bicara penyembahan dan persembahan, itu kembali kepada pribadi masing-masing. Seperti apa kita merasa bahwa pribadi yang tepat adalah Yesus,” ucapnya.

Apa yang menggerakkan orang Majus sehingga mereka harus pergi ke Betlehem? Menurut Pdt. Julius, Kelahiran Yesus adalah penggenapan nubuatan para nabi dan bukan kabar yang tiba-tiba muncul. Respon Maria dan Yusuf saat orang Majus datang adalah, “Ya Tuhan aku ini hamba-Mu, jika yang Kaukehendaki terjadi, terjadilah.” Orang-orang Majus dari Timur sangat paham tentang nubuatan itu, sehingga mereka datang mencari Yesus.

Penyembahan dan persembahan dari orang Majus, pesan apa yang mereka sampaikan? Menempuh perjalanan cukup jauh, intelektual-intelektual ini datang menyembah bayi yang baru lahir. Menurut Pdt. Julius, persembahan termahal mereka berikan kepada seorang raja. Dan raja layak menerima hadiah emas. Sedangkan Mur adalah lambang kematian dan kemenyan adalah lambang iman.

“Dengan kerelaan hati mereka membawa persembahan itu, karena kelahiran Yesus adalah persembahan yang termahal yang Allah siapkan untuk manusia. Dia menyerahkan anak-Nya sendiri,” ucap Pdt. Julius. Seperti Isak, anak satu-satunya Abraham, tetapi Abraham mau mempersembahkan untuk Tuhan. Itu adalah hati bapa. Karena kasihnya, ia memberikan persembahan yang terbaik.

“Jadi respon untuk jemaat, apa yang kita bawa, jangan lihat nilainya tetapi hati lebih penting dipersembahkan untuk Tuhan, tambahnya.

Ketika ada yang bertanya, mengapa harus mempersembahkan emas, kemenyan dan mur, bukan perlengkapan bayi sebagaimana seharusnya? Pdt. Reinhard mengatakan, karena orang Majus yang datang menyembah, bukan kepada seorang bayi, tetapi kepada seorang raja. Mereka tidak melihat Yesus sebagai bayi yang baru lahir, tetapi raja, juruselamat yang dinanti-nantikan.

Orang Majus datang menyembah Yesus, menurutnya berkaitan dengan amanat Agung. Tugas pokok utama gereja, adalah menyampaikan amanat agung, tetapi bisa juga orang pribadi terlibat dalam tugas itu. “Sebagai orang percaya, wajib hukumnya melibatkan diri dalam amanat agung. Karena itu perintah penting Tuhan: pergilah, jadikan semua bangsa murid-Ku.”

Persembahan yang benar, menurutnya kembali kepada pribadi jemaat. “Merasa hormat yang tinggi kepada Allah dan berikan persembahan yang sungguh kepada Dia dari hati. Bukan ikut-ikutan,” tambahnya.

Di penghujung acara sebelum ramah tamah, Ketua Diaken GIDI Jemaat Eden, Yarius Balingga, SE mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada narasumber dan tamu undangan yang telah datang dan terlibat aktif di dalam dialog interaktif Natal yang digagas oleh kaum bapak atau Kaum Bintang Jemaat Eden.

“Satu tahun berjalan Tuhan sudah menolong kami dan kami tidak bisa membalas apa yang Tuhan buat. Kami ucapkan selamat Natal kepada semua denominasi gereja yang hadir,” ujar Yarius.

Kepada wartawan, sebelum dialog berlangsung, Yarius mengatakan, persekutuan bapak-bapak yang disebut kaum bapak seperti gereja-gereja lainnya terdengar terlalu umum. Karena itu, dalam tiga tahun terakhir kaum bapak telah berubah nama menjadi Kaum Bintang. “Disebut kaum bintang karena bapak adalah kepala keluarga dan menjadi bintang di dalam keluarga, bertanggungjawab penuh terhadap keluarga dan menjadi teladan dalam keluarga,” jelasnya.

Satu jam bersama Bintang Eden, Natal yang dikemas dalam dialog ini juga menjadi sebuah langkah positif yang dibuat oleh Kaum Bintang untuk menjadi berkat di Tanah Papua. (Frida Adriana)

Facebook Comments Box