Syukuran HUT GIDI ke-60, Minggu (12/2/2023) di Lapangan STT GIDI, jemaat membawa hasil bumi berupa sayur-sayuran, ubi-ubian, ternak babi dan ayam, buah-buahan, untuk kemudian dilelang dan hasilnya dipergunakan mendukung penginjilan GIDI di Tanah Papua.

JAYAPURA (PB.COM) – Gereja Injili di Indonesia (GIDI) merayakan ulang tahunnya yang ke-60, Minggu (12/2/2023) dengan ibadah syukuran bersama di Lapangan STT GIDI, Sentani. Sejuta umat GIDI yang telah tersebar di Tanah Papua dan Indonesia ini diharap tetap menginjili siapapun agar terang Injil Kristus bertumbuh dalam hidup manusia.

Hari Ulang Tahun (HUT) GIDI ke-60 tahun ini, jemaat Wilayah Pantai Utara (Pantura) yang didalamnya ada Klasis Port Numbay, Klasis Cycloop, Keerom memenuhi lapangan, dengan membawa hasil-hasil bumi berupa sayur-sayuran, ubi-ubian, ternak babi dan ayam, buah-buahan, untuk kemudian dilelang dan hasilnya dipergunakan mendukung penginjilan GIDI di Tanah Papua.

Puji-pujian, fragmen dan tarian kolosal dipersembahkan anak-anak muda GIDI sebagai sukacita atas pemeliharaan Tuhan, GIDI boleh merayakan syukur HUT ke-60. Sebagai worship leader, Kader GIDI dari Jemaat Eden Entrop,  Yarius GIDI bersama tim musik begitu bersemangat memandu puji-pujian yang lebih banyak berbahasa daerah.

Misionaris asal Amerika Serikat yang dulu pernah melayani di wilayah pedalaman Papua, Pdt. Jims Larkin turut hadir dan menyampaikan firman Tuhan. Pdt Jims mengenang kembali bagaimana misionaris-misionaris asing melayani di daerah-daerah pedalaman Papua, suku-suku terasing dan terisolasi yang masih hidup dalam kegelapan.

Apa yang menyebabkan misionaris meninggalkan negaranya, meninggalkan kenyamanan? Kata Pdt. Jims, karena mereka yakin tanpa Yesus Kristus manusia tersesat dalam dosa. “Mereka datang untuk menginjili manusia yang tersesat dalam dosa dan terikat oleh kegelapan,” ucapnya dalam bahasa Indonesia fasih.

Jims mengatakan, misionaris terbebani pada suku-suku terasing yang tersesat oleh dosa. Mereka ingin orang Papua pribumi dapat mengenal dan mengasihi Yesus Kristus yang telah mati bagi mereka.

Satu alasan mendasar untuk menginjili siapapun termasuk kerelaan penjangkauan suku-suku terasing oleh para misionaris, menurut Jims adalah kenyataan firman Allah bahwa setiap umat manusia siapapun tanpa Yesus Kristus, tersesat selama-lamanya. “Mereka adalah musuh Allah dan tanpa Yesus mereka akan menerima penghakiman kekal,” kata Jims. Roma 6:23, upah dosa ialah maut, lanjut Jims, tetapi kasih karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.

Sementara itu, Presiden GIDI Pdt. Dorman Wandikbo, di hadapan ribuan umat, mengatakan, dulu ketika misionaris datang di Papua, jemaat menerima dan kemudian mulai membangun gereja mula-mula, Menyebarkan injil di tiga wilayah di wilayah pegunungan, kemudian melakukan pembaptisan awal di gereja mula-mula itu.

Enampuluh tahun lahirnya GIDI, Dorman sebagai presiden yang ke-8 berterima kasih kepada senior-senior yang mengarahkan dan menolong sehingga ia bisa melayani di Tanah Papua.

Menurut Dorman, berbicara mengenai peradapan Papua tidak terlepas dari peran misi.  Bicara misi tidak terlepas dari injil masuk di Tanah Papua. Berbicara mengenai pembuka perkembangan atau pembangunan Papua, tidak terlepas dari pelayanan tiga badan misi di daerah pegunungan. Membuka isolasi tujuh wilayah adat juga tidak terlepas dari misionaris lokal asal suku  Dani yang tersebar di seluruh Papua.

Demikian halnya bicara pendidikan dan SDM orang asli Papua dan kader-kader GIDI yang tidak terlepas dari perayaan HUT GIDI yang ke-60, kata Dorman, adalah saat orang Papua bicara tentang orang Papua, dan itu tidak bisa lepas dari injil itu sendiri. “Karena injil itu yang merobah kita. Injil yang mempersatukan kita sehingga kita hari ini ada. Di luar injil adalah kepura-puraan,” ucap Dorman.

Ia berharap umat GIDI yang saat ini telah hidup dalam terang Allah, terus memberitakan injil kepada siapapun, sebagaimana misi GIDI, “Penginjilan Belum Selesai”.  Tema HUT GIDI ke-60, Tantangan dan Peluang GIDI Menuju 1 Abad,” lanjut Dorman, menjadi pergumulan bersama, berangkat dari keprihatinan bahwa hari ini masih banyak masalah HAM orang asli Papua yang tidak mendapat penanganan serius.

Sementara itu Ketua Panitia HUT GIDI ke-60, Pdt Iker Rudi didampingi Seksi Acara Pdt. Lenis Kogoya, kepada wartawan mengatakan, sebelum puncak perayaan HUT hari ini, Jumat (10/2/2023) telah dilaksanakan Seminar Sehari untuk hamba-hamba Tuhan  dan Sabtu 11 Februari lanjut Seminar Sehari untuk kader-kader GIDI Resepsi, dan pengumpulan beasiswa untuk anak-anak yang sedang di kuliah.

Hadir dalam ibadah syukuran HUT GIDI ke-60, Pdt. Lipiyus Biniluk yang memimpin doa syafaat dan syukuran HUT, Penjabat Bupati Tolikara Marthen Kogoya, mantan Bupati Yahukimo Ones Pahabol, Kenius Kogoya dan kader-kader lainnya. (Frida Adriana)

Facebook Comments Box